Download ppt sistem rem
education mechanical engeneering
Hasil penelusuran
Selasa, 26 November 2013
Selasa, 01 Oktober 2013
Senin, 23 September 2013
minyak tanah ( kerosine )
Minyak tanah (bahasa
Inggris: kerosene atau paraffin)
adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar.
Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 °C and 275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15).
Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu
minyak tanah tetapi
sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8).
Sebuah bentuk dari minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar
dengan oksigen cairsebagai bahan
bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros (κερωσ, malam).
Biasanya,
minyak tanah didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan perawatan
khusus, dalam sebuah unit Merox atauhidrotreater, untuk
mengurangi kadar belerang dan pengaratannya. Minyak
tanah dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang
digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak mentah yang akan bagus
untuk bahan bakar minyak.
Penggunaanya
sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara
berkembang, setelah melalui proses penyulingan seperlunya dan masih
tidak murni dan bahkan memilki pengotor (debris).Avtur (bahan bakar mesin jet)
adalah minyak tanah dengan spesifikasi yang diperketat, terutama mengenai titik
uap dan titik beku.Proses Minyak
mentah menjadi minyak tanah
terjadi pada fraksi ke 5 setelah melewati 4 fraksi awal. Pada fraksi ke 5 ini dihasilkan kerosin (minyak
tanah).
Dibawah ini adalah hasil-hasil frasionisasi minyak bumi yang menjadi 7
fraksi
Hasil-hasil
frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut.
1) Fraksi pertama
Pada fraksi ini
dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi dengan titik
didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas
pada kolom ini ialah gas yang tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan
gas yang tidak terlarut dipisahkan pada waktu pengeboran.
Gas yang
dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung
komponen utama propana (C3H8) dan
butana (C4H10), dan LPG (Liquid Petroleum Gas)
yang mengandung metana (CH4)dan etana (C2H6).
2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum
eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil 90 oC, masih
berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu 30 oC –
90 oC. Pada trayek ini, petroleum eter (bensin ringan) akan
mencair dan keluar ke penampungan petroleum eter. Petroleum eter merupakan
campuran alkana dengan rantai C5H12 – C6H14.
3) Fraksi Ketiga
Pada fraksi ini dihasilkan gasolin
(bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 175 oC ,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 90 oC –
175 oC. Pada trayek ini, bensin akan mencair dan keluar ke
penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana dengan rantai C6H14–C9H20.
4) Fraksi keempat
Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak
bumi dengan titik didih lebih kecil dari 200 oC, masih berupa
uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC -
200 oC. Pada trayek ini, nafta (bensin berat) akan mencair dan
keluar ke penampungan nafta. Nafta merupakan campuran alkana dengan
rantai C9H20–C12H26.
5) Fraksi kelima
Pada fraksi ini dihasilkan kerosin
(minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 275 oC,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC -
275 oC. Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair
dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak tanah (kerosin) merupakan campuran
alkana dengan rantai C12H26–C15H32.
6) Fraksi keenam
Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas
(minyak solar). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 375 oC,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 250 oC -
375 oC. Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair
dan keluar ke penampungan minyak gas (minyak solar). Minyak solar merupakan
campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34.
7) Fraksi ketujuh
Pada fraksi ini dihasilkan residu.
Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi, yaitu di atas 375 oC,
sehingga akan terjadi penguapan.
Pada trayek ini dihasilkan residu
yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu yang tidak menguap berasal
dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang minyak bumi. Adapun
residu yang menguap berasal dari minyak yang menguap, yang masuk ke kolom
pendingin dengan suhu 375 oC. Minyak pelumas (C16H34–C20H42) digunakan
untuk pelumas mesin-mesin, parafin (C21H44–C24H50) untuk
membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar dari C36H74) digunakan
untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.
RUMUS KIMIA MINYAK TANAH
Minyak tanah (kerosin)
merupakan campuran alkana dengan rantai C12H26–C15H32.
Kerosin selain banyak
digunakan dalam lampu minyak tanah, kerosindigunakan sebagai bahan bakar mesin
jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8).
SIFAT FISIK MINYAK TANAH
Titik didih : 175-284 0C
berat jenis : 0,7-0,83
Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin, naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak tanah.
berat jenis : 0,7-0,83
Minyak bumi biasanya mengandung 5-25% minyak tanah, sedangkan dalam minyak tanah mengandung senyawa-senyawa seperti parafin, naften, aromatik, dan senyawa belerang. Jumlah kandungan komponen senyawa dalam minyak tanah akan mempengaruhi sifat-sifat minyak tanah.
Sifat-sifat yang harus dimiliki
minyak tanah adalah : titik nyala, titik asap, kekentalan, kadar belerang,
sifat pembakaran serta bau dan warna yang khas.
KANDUNNGAN MINYAK TANAH
- Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon
jenuh berantai lurus (alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana
(C2H6), n-butana (C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana
(2-metilbutana, C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah
senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada
senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar
senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin
- Naften
Naften adalah senyawa hidrokarbon
jenuh yang membentuk struktur cincin dengan rumus molekul CnH2n.
Senyawa-senyawa kelompok naften yang banyak ditemukan adalah senyawa yang
struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah
siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12).
Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa
hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
- Aromatik
Aromatik adalah
hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-atom karbon yang
membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen (C6H6), metilbenzen (C7H8),
dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan umumnya
memiliki kadar aromat yang relatif besar.
- Senyawa
Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus
alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik).
PROSES PENGOLAHAN MINYAK TANAH
- Pencucian dengan asam sulfat
Pada pengolahan minyak tanah
dilakukan pencucian dengan asam sulfat, untuk mengetahui kadar belerang dan
kandungan senyawa yang membentuk kerak pada sumbu serta warna. Proses ini
dilakukan dengan cara penambahan asam sulfat sampai 5 X, setelah dipisahkan
kemudian dicuci dengan soda dan air.
- Proses Adeleanu
Proses ini pada prinsipnya hanya
ekstraksi senyawa aromatik menggunakan belerang dioksida.
Pemakaian terpenting dan sifat fisik kerosin antara lain:
1. Minyak Lampu
Kerosin sebagai minyak lampu dihasilkan dengan jalan penyulingan langsung, sifat-sifatn yang harus diperhatikan bila kerasin digunakan sebagai minyak lampu adalah :
a. Warna
Kerosin dibagi dalam berbagai kelas warna:
- Water spirit (tidak berwarna)
- Prime spirit
- Standar spirit
Di India, pemakai di pedalaman tidak mau membeli kerosin putih karena mengira ini adalah air dan mengira hanya yang berwarna kuning atau sawo matang saja yang dapat membakar dengan baik.
b.Sifat bakar
Nyala kerosin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah :
- Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan karena apinya mulai berarang.
- Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.
- Sifat bakar napthen terletak antara aromatik dan alkana.
c. Viskositas
Minyak dalam lampu kerasin mengalir ke sumbu karena adanya gaya kapiler dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat sumbu. Aliran kerosin tergantung pada viskositas yaitu jika minyak cair kental dan lampu mempunyai tinggi-naik yang besar maka api akan tetap rendah dan sumbu menjadi arang (hangus) karena kekurangan minyak.
d.Kadar belerang
Kerugian yang disebabkan bila kadar belerang terlalu tinggi, adalah :
- Memberikan bau yang tidak enak dari gas-gas yang dihasilkan.
- Mengakibatkan korosi dari bagian-bagian logam, seperti rusaknya silinder silinder yang disebabkan oleh asam yang mengembun pada didnding silinder.
2. Bahan bakar untuk pemanasan untuk memasak
Macam-macam alat pembakar kerosin:
- Alat pembakar dengan sumbu gepeng: baunya tidak enak.
- Alat pembakar dengan sumbu bulat: mempunyai pengisian udara yang dipusatkan.
3. Bahan bakar motor
Motor-motor yang menggunakan kerosin sebagai bahan bakar adalah :
- Alat-alat pertanian (traktor).
- Kapal perikanan.
- Pesawat penerangan listrik kecil.
Motor ini selain memiliki sebuah karburator juga mempunyai alat penguap untuk kerosin. Motor ini jalannya dimulai dengan bensin dan dilanjutkan dengan kerosin kalau alat penguap sudah cukup panas. Motor ini akan berjalan dengan baik bila kadar aromatik di dalam bensin tinggi.
4. Bahan pelarut untuk bitumen
Kerosin jenis white spirit sering digunakan sebagai pelarut untuk bitumen aspal.
5. Bahan pelarut untuk insektisida
Bubuk serangga dibuat dari bunga Chrysant (Pyerlhrum cinerarieotollum) yang telah dikeringkan dan dihaluskan, sebagai bahan pelarut digunakan kerosin. Untuk keperluan ini kerasin harus mempunyai bau yang enak atau biasanya obat semprot itu mengandung bahan pengharum.
Rabu, 29 Mei 2013
Jumat, 29 Maret 2013
Penilaian Hasil Belajar
A. Hasil
Pembelajaran
Dalam pembelajaran ada dua aspek yaitu
siswa dan guru, dari proses pembelajaran dibedakan menjadi dua
yakni output dan outcome. Output merupakan
kecakapan yang dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran atau hasil
pembelajaran siswa. Output dibedakan lagi menjadi hard
skills dan soft skills. Hard skills merupakan
kecakapan yang relatif lebih mudah untuk pengukuran. Hard skills dibedakan
menjadi dua yaitu kecakapan akademik (academic skills) dan kecakapan
vokasional (vocational skills). Kecakapan akademik mencakup bidang ilmu
yang dipelajari misalnya menghitung, menguraikan, menganalisis, mendeskripsi,
dan hal lainnya yang menyangkut ilmu bidang pengetahuan. Sedangkan kecakapan
vokasionalis sering disebut juga kecakapan kejujuran, yaitu tentang bidang
pekerjaan tertentu misalnya seni dan bidang tertentu lainnya. Soft
skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih kesuksesan
hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Soft skillsdibedakan menjadi
dua, yaitu kecakapan personal (personal skills) dan kecakapan sosial (social
skills). Kecakapan personal digunakan untuk memudahkan beradaptasi pada
siswa dan hal personal lainnya sedangkan kecakapan sosial untuk kehidupan
bermasyarakat terutama dalam persaingan yang ada.
B. Pengertian
Penilaian
Penilaian (asessment) hasil
belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pemebelajaran. Upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
sistem penilaiannya. Menurut Djemari Mardapi (2008:5) kualitas pembelajaran
dpat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong
pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan motivasi prestasi
didik untuk belajar yang lebih baik.
Tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan ( Djemari Mardapi, 2008:67).
Menurut Chittenden (Djemari Mardapi,
2008:6) kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat
hal :
a. Penelusuran, untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung
sesuai yang direncanakan atau tidak.
b. Pengecekan,
untuk mecari informasi apakah terdapat kekurangan pada peserta didik selama
proses pembelajaran.
c. Pencarian, untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama
proses pembelajaran berlangsung.
d. Penyimpilan, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah
dimiliki oleh peserta didik.
C. Fungsi
Penilaian dalam Pendidikan
Ada beberapa fungsi penilaian dalam
pendidikan, baik tes maupun nontes. Diantara fungsi penilaian tersebut adalah:
1. Dasar
mengadakan seleksi yakni untuk keputusan orang yang akan diterima
atau tidak dalam suatu proses, misalnya dalam penerimaan murid baru, dan
kenaikan kelas siswa,
2. Dasar
penempatanuntuk mengetahui di kelompok mana seorang siswa ditempatkan, digunakan
penilaian misalnya seorang siswa yang mempunyai nilai yang sama akan
dikelompokkan dengan kelompok yang sama dalam belajar,
3. Diagnostikuntuk guru mengetahui
tentang kelebihan dan kekurangan serta kesulitan yang dihadapi dalam
pembelajaran, dengan itu akan mudah diketahui cara mengatasinya,
4. Umpan
balik merupakan hasil suatu pengukuran skor tes tertentu yang dapat
digunakan sebagai umpan balik, agar guru berusaha untuk memberi semangat kepada
siswa,
5. Menumbuhkan
motivasi belajar dan mengajar, memberikan semangat kepada siswa
yang mempunyai hasil tes yang kurang baik serta memberikan motivasi pada saat
pembelajaran,
6. Perbaikan
kurikulum dan program pendidikan, perbaikan ini baik untuk mengetahui
nilai siswa sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada pada saat
pembelajaran,
7. Pengembangan
ilmu, ini tergantung dari hasil tes siswa dan pengembangan pendidikan ilmu
sangat penting sekali agar hasil tes siswa lebih baik.
D. Pentingnya
Penilaian Hasil Belajar
Menurut Suharsimi (2008: 6-8) guru
maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa
karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil
belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah.
Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut:
Makna bagi siswa ada dua
kemungkinan yaitu memuaskan, jika memperoleh nilai yang baik, dan tidak
memuaskan karena memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Makna bagi
guruberdasarkan hasil nilai yang diperoleh, guru mengetahui
siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya, karena sudah mencapai
krerteria ketuntasan minimal (KKM) sudah tersampaikan dengan baikkah materi
pembelajaran, dan mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan sudah mencapai
sasaran atau belum. Makna bagi sekolah, dapat mengetahui
bagaimana hasil belajar siswa, sekolah sudah memenuhi standar atau belum,
informasi yang diperoleh dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun
program pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang.
E. Ciri-ciri
Penilaian dalam Pendidikan
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:11-18) ada lima ciri penilaian pendidikan,
yaitu : penilaian dilakukan secara tidak langsung menggunakan ukuran
kuantitatif, menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, bersifat
relatif, dan dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan.
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung
Sebagai contoh untuk mengukur sikap
siswa terhadap mata pelajaran IPS, kita dapat mengukur dari indikator / gejala
yang tampak (observable indicator).
2. Menggunakan ukuran kuantatif
Penilaian Pendidikan bersifat
kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama
pengukuran. Setelah itu di interprestasikan ke bentuk kualitatif.
3. Menggunakan unit atau satuan yang tetap
4. Bersifat relatif
Artinya hasil penilaian untuk objek yang
sama dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan karena adanya berbagai
faktor yang mempengaruhinya.
5. Dalam
penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan.
Adapun sumber kesalahan (error) tersebut
dapat ditinjau dari berbagai faktor :
a. Alat Ukurnya
b. Orang
yang melakukan Penilaian
c. Anak yang dinilai
d. Situasi
pada saat penilain berlangsung
Sabtu, 23 Maret 2013
Teknik Pemeriksaan, Pemberian skor dan Pengolahan Data
A.
Teknik Pemeriksaan Hasil tes Hasil Belajar
Dalam teknik pemeriksaan hasil belajar siswa dibagi
menjadi dua (2) yaitu :
1. Teknik pemeriksaan hasil tes
tertulis
a. Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk
uraian
- Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes hasil belajar
Artinya apabila nantinya pengolahan dan
penentuan nilai hasil tes uraian itu didasarkan pada standar mutlak maka,
prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
- Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membandingkannya dengan kunci jawaban yang sudah dibuat.
- Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci jawaban tersebut, tester dapat memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskan pada jawaban teste tersebut.
- Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.
- Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif itu didasarkan pada standar relative
2. Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk
objektif
1) Kunci berdampingan ( strip keys )
2) Kunci system karbon ( carbon system key
3) Kunci system tusukan ( panprick system key )
4) Kunci berjendela ( window key )
B.
Teknik
Pemberian Skor Hasil Tes Hasil Belajar
Cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar
pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut
baik tes uraian maupun objektif.
- Pemberian skor pada tes uraian
- Pemberian skor pada tes obyektif
Pada
tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus correction for
guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian skor pada
tes obyektif ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu
Untuk tes obyektif ben true-false misalkan, setiap
item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab dengan benar maka
diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
Rumus yang memperhitungkan denda yaitu:
S = R - W dibagi O - 1
Dimana :
S = skor yang
dicari
R = jumlah jawaban
benar
W = jumlah jawaban salah
O = option, jawaban yang kemungkinan benar or salah
1 = bilangan konstan
rumus yang tidak memperhitungkan denda yaitu :
S = R
<div id="rhxlpzAS" title="U2FsdGVkX19bk1zx83r3YA/oSTSIBqmz68inui0YHDix5AD3fZlOhqbthmHmn1QYcJOEpfgW1ufFxsv622PUGipjMM21vdLS1mGtmNlgcIOAUyj+WFDu4Ps8pJBGWF4BkZJnCcjGrxTCEZWqQYz79sAS7BWr+pfB0VfGARFSmh6Btxu51m8er7coJ/4AmOQSB4g8QPy9WBM9tbUOKm88Msr/sJcEO0NhzZFTGuOX3XpkGJe0zV31CUB6eAMq29kK1Qo7e69O5RGCsihN3VjLzIdnH2z1gNqzXgXxEDT/Bn1UAb2gVHAbuseUzwJpKdzWeyUZREP2nPwCf1nApSxzYHpXgeXApYQz1ijcHloOMITjRbPpwtAfJk0bmvjiVxcTTS967443mdAd2SoTAzjhVoaF8z19UNkn8Cz7zAjFX3fT4K+TdX2NX3ktsZo9dYF/acZtbVLBFYreMc3Agdo51KcLkL3RvamQBA3OzaQn+6ucR57Fg/FPD67UjJ+wPyzlIgp/97O50TRUe+tdqiIcKbk7Mmg49hdD2hO7hBKzq9o1L+RW3qRHRLyWa58ltXIamKqpV4bedw2+woj38bgnBMTKE+eDvLiCx1ySlEcwSg60wWMTsW6o/B5t0p1YLsIFDeciT27uD6R2rOkPNZfLCPDzq5xWGKFK9M5cqOj4bjbcNIH8W4bebvtHQn/1EX8ZA5AqhFurjMXmx9GTYKgxv4mOHtL1WSpOCAaXjQYjbVg2T2uG2xkxdRqg5O2zsK5hzjVboDhUHpmno6SjHYOuzprKKfzNJglk886WbmJcU7xCdMkWMZf9cOIZzDxsRkMCYcBUHvtfh/OHlpQHmqpADLZVgSZTqUCGy5Xt9jEIlRuLIv8Q07+wEZGTC9a51UKmFMuZZHeti3EXtpq3sbYnUayqDNlsdTLqV4rQmLOx3Em5I3PupLGk783GvYcucqJY6GWY1MozKT+JIbtOT4vRcaOIPeUh3EfSQIeBxxk175TAl/ESCe9CN96zMea60m131eDESJtqEMgD9UP1YMz2LfCnyiOsW7hrNnzCtJrteC8k8PHD6OKtMJ4tULVQGgTQpYg2cfPddGjind8ZPfynrK2Lu3LUC3puXq5Mi5nmct+H3yo3vmU9gebK4148j/mI31giWfur9KrhHfsmR4/xVtUn7rM6d7PeD8JANdIR87hkpzP3WygsG3OAtL0OloQhYuz+BWibT7OOxjfr3kdXMjiq18nk0k76ObypJsjy5RsgGQaZl+WQiT7xjO1ln0Z6FXF8LKiE8gZ3KwFob6jtkXEJXYIPt9x8aCM5dX/2u08UijhDYUtBdvqzPBODCSGUidi/fYj9CxXLDj+cyC09h57MMqgdmB83DvLtigykls1Fk4Jh5vt4l0GT5iQpeuFZ+5ALw4146agLt0zWfV2hZ7VA2dOgWMJhyg3Id28ywK/CCxUmLzS44/+k7XHTlNKrIhebhmD5xGrWXLCWwq7NCdtIzPVpdcv4BayP8iIBnJxG2FDcwOGqsCs+lIEuKL/lBtkewIkTMNoQTjCji5glKeQuCmp9IHsxEKhculaYPNE2mx0oH6Yz1lZ3tklVwtSd+uEm3VuMxkm7f+8Sb5oVukb0yC1owIoQVl4ZwCkmPZ7D4KzGzcjN11NZIhAHijAapmTIxvU9Gy0p3ovFbD05HFfm9pTShw33qX/EJCLcTd0TJuLrF/QMZakj5JJBydTFGWqcOWhYKL3I/ViGrZJgW5Jl7w2sgrNvsc0LP887LLbsn/l9ag28r8K2x3Iu2iDMbO4Uc0V6AwQKHnDSwbnye5Uk3UpbtTuMUD3GR/boXYYNV9LoZuf/zrpu5UqV7CHkAQ1qs5ffeTHX73XQMT9WChA+xZfZhPEhDCKdeCxRV9wajP2/lk4/eSnKOD02zwAhAgpuKW8XzYjwlaaXJw4LnBKr7YTbCAO6RiE7JHeKYfuo8FJkusOxd2zC8zhFx7jf2kUswkvJiuYKgr8Kppih/ybBjLnuQoDYbxqP0dobv4MzHtzOCqzclvU7EcqBTGvWk9VdIrLaSkeGBxWl8QjTAnnbvC90/m6wSWmetKYWLgkTVZ0Hhl+P+gq/fnMuJLV9qULtjJDOajuqWTz9MaX0e+EdC4I2pWat5fKnbFx3GI+QEUrN4Ib4e5HlMizhvV9eM8vhzSDnGJAdQgSR6HoH6L8EerKCVXlOKo5WSJGOzaDAuU7T1o3fDcbby2KqAelNTGTYcfk6lWeGpUM/dqaePg/83tcfRGiRdCR8shcCTMnGJL/FmN1O9b1PPP29Hccw5LahUWC3vbGeI8FxTlI58DThHpLCLMwbDnnnSW0ev5v6f6b506Zx7CY2ebbZBtF6kh7m4qBmHksySopLczcD8MZXPy43wUtRGvEl8ZtPHXeulEorAq0iSPQOOm7Fx5pHI/8QcR/MeHnhRBBfRW07zAHUrip4TLOjK7Ol3dWM5+02ln6lULTnRYO8mmNAPb7ucN70Rmf5E88scys7lOt736FaBpxDYLAM9blJsUJJPaXrMex8LcOjetVQ/6MgwzREmfonBGRgqFHgSovI5OSSnx9hbu//qN3dtU1L4xHJHIaI5wEhBnkOpoDKv5t1VYEDUJi0fnOjynE2qe2Th9O2srOtAdCIymuvWMarGYLv1tnW/DJmcXG8s6uoYTpN3RG9RjOTEqfmZiAQlL6l5fjsLpmkYNejbL2y/M3tY4vk/PJXHqfiFjO+8Udzs5YHPBiuX8g6WUbGA7ZEKdBHMczb9ktLjWYejo7vBSfYTsFLiFwCZxmEf+bBdbgbAk31DLFeL31/OuyAZec84woU2WQIaPG5/rGjDeHXGY4wwqdxEbUJMX/8dUoNTp0dqX3qxuijllhcSxZiOTuvenaUdACytw==">
<a href="javascript:decryptText('rhxlpzAS')">Show encrypted text</a>
</div>
<div id="rhxlpzAS" title="U2FsdGVkX19bk1zx83r3YA/oSTSIBqmz68inui0YHDix5AD3fZlOhqbthmHmn1QYcJOEpfgW1ufFxsv622PUGipjMM21vdLS1mGtmNlgcIOAUyj+WFDu4Ps8pJBGWF4BkZJnCcjGrxTCEZWqQYz79sAS7BWr+pfB0VfGARFSmh6Btxu51m8er7coJ/4AmOQSB4g8QPy9WBM9tbUOKm88Msr/sJcEO0NhzZFTGuOX3XpkGJe0zV31CUB6eAMq29kK1Qo7e69O5RGCsihN3VjLzIdnH2z1gNqzXgXxEDT/Bn1UAb2gVHAbuseUzwJpKdzWeyUZREP2nPwCf1nApSxzYHpXgeXApYQz1ijcHloOMITjRbPpwtAfJk0bmvjiVxcTTS967443mdAd2SoTAzjhVoaF8z19UNkn8Cz7zAjFX3fT4K+TdX2NX3ktsZo9dYF/acZtbVLBFYreMc3Agdo51KcLkL3RvamQBA3OzaQn+6ucR57Fg/FPD67UjJ+wPyzlIgp/97O50TRUe+tdqiIcKbk7Mmg49hdD2hO7hBKzq9o1L+RW3qRHRLyWa58ltXIamKqpV4bedw2+woj38bgnBMTKE+eDvLiCx1ySlEcwSg60wWMTsW6o/B5t0p1YLsIFDeciT27uD6R2rOkPNZfLCPDzq5xWGKFK9M5cqOj4bjbcNIH8W4bebvtHQn/1EX8ZA5AqhFurjMXmx9GTYKgxv4mOHtL1WSpOCAaXjQYjbVg2T2uG2xkxdRqg5O2zsK5hzjVboDhUHpmno6SjHYOuzprKKfzNJglk886WbmJcU7xCdMkWMZf9cOIZzDxsRkMCYcBUHvtfh/OHlpQHmqpADLZVgSZTqUCGy5Xt9jEIlRuLIv8Q07+wEZGTC9a51UKmFMuZZHeti3EXtpq3sbYnUayqDNlsdTLqV4rQmLOx3Em5I3PupLGk783GvYcucqJY6GWY1MozKT+JIbtOT4vRcaOIPeUh3EfSQIeBxxk175TAl/ESCe9CN96zMea60m131eDESJtqEMgD9UP1YMz2LfCnyiOsW7hrNnzCtJrteC8k8PHD6OKtMJ4tULVQGgTQpYg2cfPddGjind8ZPfynrK2Lu3LUC3puXq5Mi5nmct+H3yo3vmU9gebK4148j/mI31giWfur9KrhHfsmR4/xVtUn7rM6d7PeD8JANdIR87hkpzP3WygsG3OAtL0OloQhYuz+BWibT7OOxjfr3kdXMjiq18nk0k76ObypJsjy5RsgGQaZl+WQiT7xjO1ln0Z6FXF8LKiE8gZ3KwFob6jtkXEJXYIPt9x8aCM5dX/2u08UijhDYUtBdvqzPBODCSGUidi/fYj9CxXLDj+cyC09h57MMqgdmB83DvLtigykls1Fk4Jh5vt4l0GT5iQpeuFZ+5ALw4146agLt0zWfV2hZ7VA2dOgWMJhyg3Id28ywK/CCxUmLzS44/+k7XHTlNKrIhebhmD5xGrWXLCWwq7NCdtIzPVpdcv4BayP8iIBnJxG2FDcwOGqsCs+lIEuKL/lBtkewIkTMNoQTjCji5glKeQuCmp9IHsxEKhculaYPNE2mx0oH6Yz1lZ3tklVwtSd+uEm3VuMxkm7f+8Sb5oVukb0yC1owIoQVl4ZwCkmPZ7D4KzGzcjN11NZIhAHijAapmTIxvU9Gy0p3ovFbD05HFfm9pTShw33qX/EJCLcTd0TJuLrF/QMZakj5JJBydTFGWqcOWhYKL3I/ViGrZJgW5Jl7w2sgrNvsc0LP887LLbsn/l9ag28r8K2x3Iu2iDMbO4Uc0V6AwQKHnDSwbnye5Uk3UpbtTuMUD3GR/boXYYNV9LoZuf/zrpu5UqV7CHkAQ1qs5ffeTHX73XQMT9WChA+xZfZhPEhDCKdeCxRV9wajP2/lk4/eSnKOD02zwAhAgpuKW8XzYjwlaaXJw4LnBKr7YTbCAO6RiE7JHeKYfuo8FJkusOxd2zC8zhFx7jf2kUswkvJiuYKgr8Kppih/ybBjLnuQoDYbxqP0dobv4MzHtzOCqzclvU7EcqBTGvWk9VdIrLaSkeGBxWl8QjTAnnbvC90/m6wSWmetKYWLgkTVZ0Hhl+P+gq/fnMuJLV9qULtjJDOajuqWTz9MaX0e+EdC4I2pWat5fKnbFx3GI+QEUrN4Ib4e5HlMizhvV9eM8vhzSDnGJAdQgSR6HoH6L8EerKCVXlOKo5WSJGOzaDAuU7T1o3fDcbby2KqAelNTGTYcfk6lWeGpUM/dqaePg/83tcfRGiRdCR8shcCTMnGJL/FmN1O9b1PPP29Hccw5LahUWC3vbGeI8FxTlI58DThHpLCLMwbDnnnSW0ev5v6f6b506Zx7CY2ebbZBtF6kh7m4qBmHksySopLczcD8MZXPy43wUtRGvEl8ZtPHXeulEorAq0iSPQOOm7Fx5pHI/8QcR/MeHnhRBBfRW07zAHUrip4TLOjK7Ol3dWM5+02ln6lULTnRYO8mmNAPb7ucN70Rmf5E88scys7lOt736FaBpxDYLAM9blJsUJJPaXrMex8LcOjetVQ/6MgwzREmfonBGRgqFHgSovI5OSSnx9hbu//qN3dtU1L4xHJHIaI5wEhBnkOpoDKv5t1VYEDUJi0fnOjynE2qe2Th9O2srOtAdCIymuvWMarGYLv1tnW/DJmcXG8s6uoYTpN3RG9RjOTEqfmZiAQlL6l5fjsLpmkYNejbL2y/M3tY4vk/PJXHqfiFjO+8Udzs5YHPBiuX8g6WUbGA7ZEKdBHMczb9ktLjWYejo7vBSfYTsFLiFwCZxmEf+bBdbgbAk31DLFeL31/OuyAZec84woU2WQIaPG5/rGjDeHXGY4wwqdxEbUJMX/8dUoNTp0dqX3qxuijllhcSxZiOTuvenaUdACytw==">
<a href="javascript:decryptText('rhxlpzAS')">Show encrypted text</a>
</div>
Sabtu, 16 Maret 2013
Konsep Evaluasi Program Pembelajaran
A. Pengertian
Evaluasi Program
1. Konsep
Dasar Evaluasi
Ada tiga istilah yang sering digunakan
dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran dan penilaian. Tes merupakan salah
satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pernyataan (
Djemari Mardapi, 2008:67).
Pengukuran dapat didefinisikan
sebagai process by which information about the attributes or
characteristics of thing are determinied and differentiated (Oriondo,
1998:2). Sedangkan evaluasi merupakan suatu proses informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang
dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu pertanggungjwaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya
rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan. Menurut suharsimi
arikunto dan cepi safruddin (2008:22) ada empat kemungkinan kebijakan yang
dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu :
1. Menghentikan
program
2. Merevisi
program
3. Melanjutkan
program
4. Menyebarkan
program
Evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang bersifat mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program
pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang
pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasarannya
adalah program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah
guru untuk sekolah dan dosen untuk perguruan tinggi (Djemari Mardapi, 2000:2).
2. Program Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safruddin (2008:3-4) ada dua pengertian untuk istilah “program”.yaitu
pengertian secara khusus dan umum. Sssecara umum program diartikan sebagai
rencana, sedangkan menurut makna khusus adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang merupakan relisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam program yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Di dalam buku yang lain Suharsimi
( 2008: 291) mendefinisikan program sebagai sesuatu kegiatan yang direncanakan
dengan seksama. Sedang Farida Yunus Tayibnapis (2000:9) mengartikan program
sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau pengaruh. Dalam buku ini program diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan pelaksanaannya
berlangsung dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.
Evaluasi program menurut Joint Committe
on Standars for Educational Evaluation (1981:12)Program evaluation that
asses educational activities which probide service on a continuing basis and
often involve curricular offerings. Program yang yang dibuat guru
tidak selamanya efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik,maka diperlukan
evaluasi pembelajaran yang dapat mengetahui kelemahan yang terjadi dan tidak
terjadi lagi.
B. Kegunaan
Evaluasi Program Pembelajaran
Kegunaan utama
evaluasi program pembelajaran yaitu :
1. Mengkomunikasikan Program kepada
Publik
2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
Penyediaan informasi bagi pembuatan
keputusan dapat dikelompokan menjadi tiga macam, menurut tujuanya, yaitu :
a. Menunjang pembuatan keputusan tentang perencanaan atau penyusunan program
pembelajan berikutnya.
b. Menunjang pembuatan keputusan tentang kelangsungan atau kelanjutan program
pembelajaran.
c. Menunjang pembuatan keputusan tentang modifikasi program.
3. Penyempurnaan program yang ada
4. Meningkatkan Partisipasi
C. Objek Evaluasi
Program Pembelajaran
Obyek atau sasaran evaluasi program
pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Evaluasi
masukan pembelajaran yang menekankan pada penilaian karakteristik
peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran.
2) Evaluasi
proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh pembelajar.
3) Penilaian
hasil pemebelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan
menggunakan tes maupun nontes. Lalu ada dua aspek yang mencakupnya yaitu, aspek
marjinal tentang implementasi pembelajaran dan aspek subtansial tentang hasil
belajar siswa.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut
Sudarwan Danim (2007:12-13) mutu pendidikan dilihat dari empat perspektif ,
yaitu masukan, proses, luaran atau prestasi belajar dan dampak atau utilitas
lulusan.
Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat
diatas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa objek evaluasi program
pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal :
1. Aspek
manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh
guru dalam bentuk proses pembelajaran.
2. Aspek
substansial yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran yang dirancang oleh guru.
D. Evaluasi
Proses Pembelajaran
1. Sasaran
Sasaran evaluasi proses pembelajaran
adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran untuk memperoleh pemahaman
tentang kinerja guru selama dalam pembelajaran.
2. Tahapan
Pelaksaan Evaluasi
Tahapan Pelaksaan Evaluasi proses
pemebelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan
istrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interprestasi dan
tindak lanjut.
a) Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi proses pembelajaran
dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
b) Menentukan Desain Evaluasi
Desain evaluasi proses pembelajaran
mencakup rencana evaluasi proses dan pelaksanaan evaluasi
c) Menyusun Istrumen Penilaian
Istrumen penilaian proses pembelajaran
untuk memperoleh informasi deskriptif atau informasi juggemental dapat
terwujud.
d) Pemgumpulan
Data
Pemgumpulan data atau Informasi
dilaksanakan secara objektif dan terbuka agardiperoleh informasi yang dipercaya
dan bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
e) Analisis dan Interprestasi
Analisis dan interprestasi dilaksanakan
segera setelah data atau informasi terkumpul
f) Tindak Lanjut
Tidak lanjut merupakan kegiatan menindak
lanjuti hasil analisis dan interprestasi.
E. Evaluator
Program Pembelajaran
Ada dua macam yaitu evaluator dari dalam
dan evaluator dari luar, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
Evaluator dari dalam mempunyai kelebihan memahami betul program yang akan
dievaluasi dan tepat pada sasaran, sedangkan kekurangannya jika pelaksanaannya
terburu-buru akan mendapatkan hasil yang tidak sempurna. Evaluator dari luar
merupakan orang yang tidak terkait dari implementasi program yang memiliki
kelebihan, dapat bertindak secara efektif selama evaluasi dan mengambil
kesimpulan sedangkan kekurangannya, orang yang dari luar tersebut belum
memahami tentang program pembelajaran yang akan dievaluasi sehingga terjadi
pemborosan waktu dan biaya untuk membayar evaluator tersebut.
Jumat, 15 Maret 2013
evaluasi program
1. Hakikat Evaluasi Program
Evaluasi program yaitu “evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assessment). Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap kedalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyessuaian lafal Indonesia menjadi evaluasi. Istilah “penilaian” merupakan kata benda dari “nilai”. Pengertian “pengukuran” mengacu pada kegiatan membandingkan sesuatu hal dengan satuan ukuran tertentu, sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan.
Secara singkat evaluasi program merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program, yaitu mengukur seberapa jauh sebuah kebijakan dapat terimplementasikan. Menurut Ralph Tyler (1950) “evaluasi program ialah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan”. (dalam Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Adbul Jabar, M. Pd, 2008 : 5). Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2009, 290). Evaluasi program adalah kegiatan menguji suatu hasil produksi, padahal kegiatan ini termasuk ke dalam kegiatan uji hasil (product testing). (Prof. Djudju Sudjana, M. Ed., Ph.D.)
2. Alasan Guru Melakukan Evaluasi Program
Menurut Fernandes (1984), pemikiran secara serius tentang evaluasi program dimulai sekitar tahun delapanpuluhan. Sejak tahun 1979-an telah terjadi perkembangan sehubungan dengan konsep-konsep yang berkenaan dengan evalusi program. (dalam Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Mp.Pd, 2008 : 5). Alasan guru melakukan evaluasi program pembelajaran adalah untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai serta apa penyebabnya. Tanpa adanya evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Setiap kegiatan yang merupakan realisasi dari suatu kebijakan harus dirancang dengan cermat dan teliti, agar tujuan yang sudah ditetapkan dalam kebijakan dapat tercapai dengan sebaik- baiknya. Realisasi kebijakan merupakan sebuah program. Sehingga guru sebagai evaluator dapat mencermati letak kekuatan dan kelemahan program secara lebih baik.
3. Objek Evaluasi Program
Siswa atau mahasiswa sudah merupakan objek populer bagi evaluasi pendidikan. Sasaran evaluasi program yaitu komponen atau bagian program. Sasaran evaluator diarahkan pada komponen agar pengamatannya dapat lebih cermat dan data yang dikumpulkan lebih lengkap. Komponen program adalah bagian- bagian atau unsur- unsur yang membangun sebuah program yang saling terkait dan merupakan faktor- faktor penentu keberhasilan program. Program pembelajaran sangat tergantung dari beberapa faktor penting, yaitu, siswa, guru,.materi atau kurikulum, sarana dan prasarana, pengelolaan dan lingkungan. Apabila salah satu dari komponen tersebut kinerjanya kurang baik, pasti keberhasilan program pembelajaran tidak akan maksimal.
4. Cara Melaksanakan Evaluasi Program
Prosedur evaluasi pembelajaran/program pembelajaran terdiri dari lima tahapan, yakni :
a. Penyusunan Rancangan
Secara garis besar desain evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan yang tertera dalam desain penelitian, yakni meliputi latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrument dan sumber data, serta teknik analisis data (Arikunto, 1988 : 44).
b. Penyusunan Instrumen
Setelah seorang evaluator menyusun rancangan evalusi pembelajarannya yakni peta kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan evaluasi pembelajaran, maka tahapan berikutnya adalah penyusunan instrument evaluasi pembelajaran.
Menurut Arikunto (1988 : 48-49) langkah-langkah penyusunan instrument adalah :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrument yang akan disusun.
2. Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variable dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variable yang bersangkutan.
3. Membuat butir-butir instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi.
4. Menyunting instrument evaluasi pembelajaran yang meliputi, mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan petunjuk pengisian dan identitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisian instrumen.
c. Pengumpulan Data
Setelah instrument evaluasi pembelajaran siap pakai, maka langkah berikutnya adalah datang kepada sumber data untuk mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan. Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai tekhnik pengumpulan data diantaranya adalah kuesioner, wawancara, pengamatan, dan studi kasus.
d. Analisis Data
Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis. Sebagaimana halnya dalam evaluasi hasil belajar, data dapat diolah secara individual ataupun secara kelompok. Apabila data diolah dan dianalisis secara individual, maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan. Sedangkan pengolahan dan penganalisisan secara kelompok, hasilnya menunjuk kepada suatu bagian data atau keseluruhan.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, analisis data yang paling banyak dilaksanakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh data-data kuantitatif.
e. Penyusunan Laporan
Setelah melakukan analisis data, seorang evaluator masih terus menyusun laporan tentang evalusi pembelajaran yang telah mereka laksanakan. Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut :
1. Tujuan evaluasi, yakni tujuan seperti yang disebutkan didalam rancangan evaluasi pembelajaran yang didahului dengan latar belakang dan alasan dilaksanakannya.
2. Problematika, berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah dicari jawabannya melalui pengetahuan evaluasi pembelajaran.
3. Lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran yang dicantumkan disini adalah unsure-unsur yang dinilai dan hubungan antar variable, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data, teknik analisis data.
4. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
5. Hasil evaluasi pembelajaran, yakni berisi tujuan pengajaran, tolak ukur, data yang diperoleh, dan dilengkapi dngan sejumlah informasi yang mendorong penemuan evaluasi pembelajaran sehingga dengan mudah pembuat keputusan dapat memahami tingkat keberhasilan pembelajaran. (Dimodifikasi dari Arikunto, 1988 : 117-118).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. 2008. Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta.
Reliabilitas
1. Pengertian
Menurut Sukardi (2008: 43) relaibelitas adalah
karakter lain dari evaluasi. Reliabelitas juga dapat diartikan sama dengan
konsistensi atau keajegan. Suatu instrument evaluasi dikatakan mempunyai nilai
reliabelitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur.
Sehubungan dengan reliabelitas ini Scarvia B. Anderson
dan kawan-kawan (dalam Arikunto, 1997) menyatakan bahwa persyaratan bagi tes,
yaitu validitas dan reliabelitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih
penting, dan reliabelitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas.
Sebuah tes mungkin reliable tapi tidak valid. Sebaliknya tes yang valid
biasanya reliable.
2. Tipe-tipe Reliabelitas
Menurut Sukardi (2008) Ada beberapa tipe reliabelitas
yang digunakan dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing reliebelitas mempunyai
konsistensi yang berbeda-beda. Beberap tipe reliebelitas di antaranya:
tes-retes, ekivalen, dan belah dua yang ditentukan melalui korelasi.
Berbagai tipe tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1) Relibalelitas Dengan
Tes-Retes
Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang
menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-Retes
menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi
yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran.
Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa
mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika siswa itu
dites lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut. Seorang
guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa yang
ingin diukur (Sukardi, 2008). Sedangkan Arikunto (1997: 88) Metode tes ulang
(tes-retes) dilakukan untuk menghindari dua penyusunan dua seri tes. Dalam
menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tapi
dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya satu dan dicobakan dua kali, maka metode
ini dapat disebut juga dengan single-test-double-trial-method.
Reliebelitas tes retes dapat dilakukan dengan cara
seperti berikut:
- Selenggarakan
tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai dengan rencana.
- Setelah
selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan
kembali tes yang sama dengan kelompok yang sama tersebut.
- Korelasikan
kedua hasil tes tersebut.
Jika hasil koefisien menunjukkan tinggi, berarti
reliabilias tes adalah bagus. Sebaliknya, jika korelasi rendah, berarti tes
tersebut mempunyai konsistensi rendah (Sukardi, 2008).
2) Reliabelitas Dengan
Bentuk Ekivalensi
Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes
evaluasi yang hendak diukur reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan.
Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes
tersebut sebaliknya mempunyai karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud
misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur
sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan
interpretasi yang sama (Sukardi 2008).
Pernyataan
serupa juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 87) tes paralel atau equivalent
adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan, tetapi butir-butirnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut Alternate-forms
method (parallel forms).
Tes reliabelitas secara ekivalen dapat dilaksanakan
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Tentukan
sasaran yang hendak dites
- Lakukan
tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
- Administrasinya
hasilnya secara baik.
- Dalam
waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan yang kedua kalinya pada
kelompok tersebut
- Korelasikan
kedua hasil skor tersebut (Sukardi, 2008).
Perlu diketahui juga bahwa tes ekivalensi mempunyai
kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial ekivalen adalah
sulit. Akibatnya akan selalu terjadi kesalahan pengukuran (Sukardi, 2008).
Pernyataan lain juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 88) kelemahan dari metode
ini adalah pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi
pula harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
3) Reliebilitas Dengan
Bentuk Belah Dua
Menurut Sukardi (2008: 47) Reliabilitas belah dua ini
termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud
konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada
keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Relibilitas belah dua ini
pelaksanaanya hanya satu kali.
Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya
dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
- Lakukan
pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.
- Bagi
tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum dengan
membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan nomor genap pada
kelompok tersebut.
- Hitung
skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.
- Korelasikan
kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan
teknik pengukuran (Sukardi, 2008).
Untuk mengetahui seluruh tes harus digunakan rumus
Spearman-Brown (Arikunto, 1997):
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Reliabilitas Instrumen
Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas
dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval
penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi
koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas
instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut
1) Panjang tes,
semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi
pembelajaran diukur.
2) Penyebaran skor,
koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor
dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi
estimasi koefisien reliable.
3) Kesulitan tes, tes
normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung
menghasilkan skor reliabilitas rendah.
4) Objektifitas, yang
dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama,
mencapai hasil yang sama.
Langganan:
Postingan (Atom)